Jegichagi

Jegichagi (제기차기) adalah permainan tradisional Korea yang dimainkan dengan cara menendang jegi dengan menggunakan satu kaki. Jegi (제기) dalam bahasa Indonesia berarti kok, sedangkan chagi (차기) berarti menendang. Bentuk jegi hampir mirip dengan kok pada permainan badminton. Jegi dibuat dengan menggunakan koin dengan lubang di tengah lalu dibungkus kain sutra atau hanji. Kedua ujung sutra atau kertas tersebut dimasukkan ke dalam lubang dan disobek menjadi beberapa jumbai. Jegichagi dapat dimainkan oleh satu orang atau beberapa orang.

Di Korea, jegichagi merupakan permainan musiman yang biasa dimainkan pada musim dingin atau liburan Tahun Baru Imlek. Permainan ini sebagian besar dimainkan oleh anak-anak. Namun tidak menutup kemungkinan pula untuk dimainkan oleh orang dewasa dan lansia.

Sejarah

Jegichagi berasal dari permainan bola yang disebut chukguk (Kor. 축국, Chin. 蹴鞠) yang berasal dari zaman kuno. Baik jegi dan jegichagi adalah terjemahan vernakular dari kata Cina chukguk. Chukguk biasanya dimainkan dengan bola dan sudah dikenal pada awal periode Joseon (1392- abad ke-16) sebagai dyeogi (Kor. 뎌기). Kata jegi sendiri pertama kali digunakan pada abad ke-18, setelah perubahan etimologis berturut-turut dari dyeogi menjadi jyeogi (Kor. 져기), berubah lagi dari jyeogi menjadi jyeog-i (Kor. 젹이), dan akhirnya dari jyeog-i menjadi jegi.[1]

Metode

Ada berbagai cara untuk menikmati permainan ini. Seseorang dapat memainkan jegichagi sendirian atau dengan beberapa pemain. Metode permainan termasuk Ttanggangaji (permainan Jegichagi biasa), Eogichagi dan Heollaengi.[2] Ttanggangaji (permainan jegichagi biasa) adalah metode di mana salah satu kaki menendang jegi kemudian dilanjut dengan menyentuh tanah untuk setiap tendangan. Eogichagi adalah metode menendang jegi yang hampir sama dengan metode Ttanggangaji, namun kedua kaki digunakan secara bergantian untuk menendang. Sedangkan Heollaengi adalah metode menendang jegi dengan kaki tetap di udara tanpa menyentuh tanah.

Variasi lainnya termasuk Dwitbalchagi, Muljigi, Kijigi, Mureupchagi, dan Eonjigi. Dwitbalchagi adalah metode di mana pemain menggunakan sisi samping atas kaki untuk menendang jegi ke udara. Muljigi adalah metode di mana pemain terus menerus menendang jegi dan menangkapnya di mulut. Kijigi adalah metode dimana pemain mengangkat jegi sedemikian rupa sehingga harus lebih tinggi dari ketinggian penendang. Mureupchagi adalah metode di mana pemain menendang jegi dengan lututnya. Terakhir Eonjigi adalah metode di mana pemain menendang jegi untuk meletakkannya di kepalanya, sebelum menjatuhkannya lagi untuk terus menendang.

Jegichagi dapat dimainkan secara individu, atau dua hingga empat pemain untuk bersaing. Ada cara lain untuk dua pemain atau lebih untuk menendang jegi, yaitu bermain sebagai sebuah tim. Biasanya, pemain akan memutuskan jenis permainan sebelum terlibat dalam permainan, sementara variasi lain yang disebut, Samsegaji, juga dinikmati, melibatkan beberapa putaran memainkan variasi yang berbeda sebelum menghitung skor total.[2]

Manfaat

Salah satu manfaat bermain Jegichagi adalah mengembangkan fokus serta kebugaran fisik. Hal ini disebabkan karena pemain perlu menjaga keseimbangan untuk waktu yang lama dengan satu kaki, sambil bergerak cepat dan akurat. Dengan demikian, permainan ini sangat membantu dalam meningkatkan kekuatan otot kaki serta gerakan seluruh tubuh, meningkatkan konsentrasi, meningkatkan kesabaran dan stamina, serta mencegah obesitas. Permainan ini juga didasarkan pada keterampilan murni pemain, tanpa adanya ruang untuk tipu daya. Semua orang dapat dengan mudah memainkan Jegichagi karena yeopjeon (koin kuningan tua), atau koin dan kertas, adalah satu-satunya bahan yang diperlukan untuk bermain.[2]

Fakta bahwa Jegichagi menggunakan otot yang jarang digunakan juga merangsang otak yang terkoordinasi dengan bagian-bagian yang jarang digunakan. Terutama, gerakan tubuh bagian kanan dan kiri sama-sama menggunakan otak kanan dan kiri. Selain itu, sisi kaki mana yang digunakan untuk menendang jegi juga memberikan berbagai manfaat kesehatan bagi tubuh. Ketika menggunakan bagian dalam kaki, hal tersebut bermanfaat bagi kesehatan ginjal, hati, dan limpa. Sama halnya dengan ketika menggunakan bagian luar kaki, hal tersebut pun bermanfaat untuk kesehatan kandung kemih dan perut pemain.

Referensi

  1. ^ Shim, Seunggu. "Korean Hacky Sack (踢毽子)". Encyclopedia of Korean Folk Culture. Diakses tanggal 4 Agustus 2021. 
  2. ^ a b c Son, Jungsoo. "Jegichagi (제기차기)". Encyclopedia of Korean Folk Culture. Diakses tanggal 4 Agustus 2021.